Laiskodat Punya Kontribusi Mekarkan Mabar Kabupaten Otonom

Labuan Bajo, Savanaparadise.com,- Koordinator, tim pemenangan Vicory-Joss di wilayah Flores, Thomas Tiba mengatakan Viktor Laiskodat dan Josef Nae Soi adalah figur yang sudah memiliki pengalaman dalam mengurus rakyat. Sebagai Anggota DPR RI Viktor Laiskodat turut berperan dalam menentukan kebijakan anggaran yang berpihak ke NTT. Dia juga menjadi sosok dibalik mekarnya beberapa wilayah otonom di NTT.

Bacaan Lainnya

Hal ini disampaikan Thomas Tiba dalam orasinya ketika mendampingi Bakal Calon Gubernur NTT dan Bakal Calon Wakil Gubernur, Viktor Laiskodat dan Josef Nae Soi saat bertemu dengan masyarakat di kampung Tana Dere, Desa Compang Longgo, Kecamatan, Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, pada Jumat, (26/1/2018). Saat tiba di Tana Dere, Viktor Laikodat yang didampingi Bakal Calon Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi disambut ritual Tuak Tiba dan Manuk Kapuk oleh masyarakat dan tokoh adat setempat.

“Saya tahu benar bahwa pak Viktor ini adalah sosok yang banyak membantu masyarakat NTT ketika mereka ingin wilayah mereka menjadi daerah otonom. Pak Viktor membiayai sendiri masyarakat dari kampong mereka ke Jakarta untuk mengurus kepentingan pemekaran wilayah termasuk berjuang untuk menjadikan Manggarai Barat sebagai sebuah kabupaten otonom,” ungkap Thomas Tiba.

Sementara Josef Nae Soi ketika dua perioe juga banyak membantu pembangunan infrastrutur jalan di NTT sesuai dengan bidangnya di DPR RI. Dua orang ini tambah Thomas Tiba adalah perpaduan yang ideal dalam membangun NTT kedepan. NTT membutuhkan pemimpin yang benar-benar memahami kepentingan rakyat kecil.

“Tadi saat masyarakat, sorong sirih pinang, saya liat apakah meka bisa makan atau tidak. Biasanya orang yang dari kota bia jijik kalau makan sirih pinang. Ternyata mereka makan sirih sampai bibir mereka merah. Itu artinya mereka memang menyatu dengan rakyat, mereka tahu apa yang diinginkan rakyat,” kata Anggota DPRD NTT.

Bakal Calon Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat mengatakan, kontestasi Pilgub NTT tahun 2018 adalah ajang untuk memilih calon pemimpin bagi seluruh rakyat yang ada di NTT. Pemimpin NTT harus memikirkan semua rakyat tanpa memandang Suku, Agama maupun Ras. Untuk itu maka masyarakat harus cerdas dengan tidak terjebak dalam politik identitas.

“Kita akan memilih Gubernur, karena itu kita tidak boleh memilih suku bangsa. Orang Manggarai harus pilih Orang Manggarai, itu salah, Orang Timor, harus pilih Orang Timor, itu salah. Kalau orang manggarai hanya dipilih oleh orang Manggarai saja maka pasti kalah, demikian juga Jika orang Timor hanya dipilih orang Timor pasti kalah karena jumlah suara tidak cukup untuk menang. Kita membutuhkan suara orang dari Sumba, Alor, Rote dan Sabu untuk bisa menang,” kata Viktor.

 

Dia menegaskan dalam Pilgub, masyarakat memilih pemimpin untuk mengurus NTT yang luas dan beragam, bukan mengurus kampung halaman sendiri. Di jaman modern ini, masyarakat tidak boleh lagi ada yang berpikir hanya untuk kepentingan kampung halaman atau golongan tertentu. Sebagai pemegang kedaulatan, rakyat harus memilih pemimpin yang bisa mengayomi semua rakyat NTT tanpa melihat suku dan agama.

“Dalam perjalanan kita sebagai sebuah provinsi hanya ada dua gubernur yang benar-benar harum namanya yakni El Tari dan Ben Mboy. Kedua figur ini benar-benar turun ke desa dan merasakan penderitaan rakyat dan mereka bekerja tanpa melihat suku dan agama. Ben Mboy yang putra asli Manggarai, tidak pernah menganak emaskan Manggarai, tapi selalu berpikir untuk semua pulau, semua suku yang ada di NTT. Demikian juga dengan El Tari. Setelah kedua tokoh tersebut, tidak ada lagi yang menjadi legenda, karena prestasi dan keberpihakan mereka terhadap kepentingan rakyat,” kata Ketua Fraksi DPR RI dari Partai Nasdem ini.

Viktor menegaskan, jika rakyat NTT memberikan kepercayaan kepada dirinya dan Josef Nae Soi maka tidak ada wakil gubernur dalam pemerintahan mereka. Yang ada adalah, gubernur I dan gubernur II. Kenapa demikian jelas Viktor karena NTT membutuhkan dua orang gubernur dalam mengejar berbagai ketertinggalam disemua aspek pembangunan. Selain itu dia menilai bahwa Josef Nae Soi memiliki kapasitas yang sama dengan dirinya.

“Kaka Josef harus membatalkan keputusan untuk menjadi Duta Besar Indonesia di Brasil dan saya harus meninggalkan jabatan sebagai Ketua Fraksi Nasdem di DPR RI. Saya minta kaka Josef harus pulang untuk bangun NTT. Karena kapasitas itulah maka saya bilang tidak cocok jadi wakil gubernur sehingga kita akan menjadi gubernur I dan gubernur II karena memang kami berdua punya standar Gubernur dan standar pemimpin. Bukan ban serep. Bukan pula konjak dan bukan hanya orang yang hanya melengkapi sebuah kedudukan,” pungkas Viktor.

Labuan Bajo kata Viktor Laiskodat adalah daerah pariwisata yang sedang menggeliat dan menjadi perhatian dunia. Tapi masyarakat Manggarai Barat dan khususnya di Labuan Bajo belum menikmati dampak dari sektor pariwisata tersebut. Kebutuhan pangan untuk hotel dan restoran di Labuan Bajo justru didatangkan dari luar bukan hasil dari petani-petani di Manggarai Barat. Hal ini terjadi karena pemerintah tidak memeiliki grand desain yang jelas dalam mengembangkan industry pariwisata yang mempu memberi sejahtera bagi masyarakat setempat.

“Jika kami dipercaya, maka kami harus memberdayakan masyarakat setempat, bagaimana kita membantu mereka dengan berbagai kemudahan sehingga kebutuhan pangan untuk hotel dan restoran bisa terpenuhi dari hasil pertanian masyarakat di Manggarai Barat sendiri. Demikian juga dengan tenaga kerja, mereka harus dilatih secara baik sehingga tidak ada lagi tenaga dari luar yang bekerja di berbagai sector yang menunjang pariwisata diwilayah ini,” jelas Viktor.

Viktor juga mengatakan, NTT memiliki banyak potensi yang perlu dikelola secara maksimal. Dia mencontohkan soal kekurangan garam dimana Indonesia harus mengimpor garam dari Autralia, China dan India. Disis lain NTT memiliki garis pantai yang panjang dengan air laut yang jernih sehingga mampu memproduksi garam dalam jumlah yang besar. NTT sebagai daerah yang panas sangat cocok untuk pengembangan garam dan paling tidak bisa berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan garam nasional.

“Saat ini Indonesia membutuhkan 3,8 juta metrix ton garam per tahun. Jumlah itu harus diimpor dari Autralia, China dan India. Kita memiliki mimpi bahwa kita bisa menjadikan NTT daerah produksi garam dan mampu menjawab kebutuhan nasional paling tidak 1,5 juta metrix ton per tahun. Jika itu bisa kita lakukan maka NTT akan memiliki nilai dan posisi tawar yang tinggi secara nasional. Disitu NTT akan diperhitungkan karena kita berkontribusi untuk kebutuhan nasional. Apa lagi yang kurang, laut kita luar dengan air yang jernih, dengan musim panas yang panjang dan hembusan angin yang cukup sehingga produksi garam akan lebih baik,” ungkap Viktor.(Tim)

Pos terkait