Penerapan Teknik Pertanian Konservasi di TTU Berhasil

Bupati TTU, Raymundus Sau Fernandez ketika melakukan panen jagung perdana di desa pantae
Bupati TTU, Raymundus Sau Fernandez ketika melakukan panen jagung perdana di desa pantae. Foto Humas Setda TTU

 

Kefamenanu, Savanaparadse.com,- Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia atau FAO melalui Yayasan Mitra Tani Mandiri (YMTM) telah memfasilitasi 276 Kelompok Tani di Kabupaten TTU. Kemitraan ini sudah dimulai sejak tahun 2014. terhitung 5.265 petani anggota menerapkan teknik-teknik Pertanian Konservasi (PK) yang tersebar  di 49 desa  dan  13  kecamatan di Kabupaten TTU.

Bacaan Lainnya

Melalui pendekatan Sekolah Lapangan, kelompok-kelompok tani  tersebut menyediakan lahan khusus untuk belajar teknik-teknik pertanian konservasi, dan kemudian mengadopsi teknik-teknik pertanian konservasi di lahan mereka masing-masing.

Tercatat sebanyak 4.586 dari 5.265 anggota kelompok tani di TTU telah menerapkan teknik pertanian konservasi di lahan mereka masing-masing. Mereka telah mengalami manfaat yang luar biasa, terutama pada rata-rata peningkatan hasil panen jagung yang dua kali lebih banyak dibandingkan dengan metode tradisional untuk luas lahan yang sama.

Untuk musim panen tahun 2017 ini, rata-rata hasil panen jagung dengan teknik pertanian konservasi adalah 4.1 ton per hektar, sedangkan dengan metode tradisional hasilnya adalah 2.0 ton per hektar. Artinya terjadi peningkatan 100 persen hasil panenan jagung  bagi  petani yang  menerapkan teknik-teknik pertanian konservasi. Para Petani juga mendapatkan manfaat dari penanaman kacang-kacangan berupa kacang pancang, kacang merah dan kacang nasi yang dapat meningkatkan persediaan dan pilihan konsumsi rumah tangga.

Bupati TTU, Raymundus Sau Fernandes mengatakan teknik pertanian konservasi merupakan salah satu solusi bagi usaha tani lahan kering dengan karakteristik tanah yang kering dan kritis seperti sebagian besar wilayah TTU.

“Dengan menerapkan teknik pertanian konservasi, para petani diharapkan dapat memperkirakan/menghitung  berapa banyak hasil panen dalam setiap kali  tanam, karena dalam teknik pertanian konservasi diterapkan pola tanam baris yang memudahkan petani untuk menghitung berapa jumlah tanaman yang dapat ditanam pada satu hektarare lahan garapan,” kata Ray ketika melakukan  panen simbolis jagung di Desa Pantae, Kecamatan Biboki Selatan, belum lama ini.

Desa Pantae ini merupakan salah satu dari 43 desa di Kabupaten TTU yang sudah menerapkan teknik-teknik pertanian konservasi dengan luas lahan mencapai  2,57 hektar.

Ketua Wilayah FAO Provinsi NTT Ujang Suparman mengakui bahwa dalam penerapan pertanian konservasi di TTU sejak tahun 2014, Pemerintah Kabupaten TTU telah menunjukkan dukungan dan komitmen terhadap para petani dalam upaya meningkatkan hasil panen jagung dan taraf penghidupan para petani.

Dukungan tersebut, menurut Suparman ditunjukkan antara lain melalui keterlibatan aktif para penyuluh dalam mendampingi para petani untuk mendapatkan hasil maksimal dari penerapan pertanian konservasi.

Selain itu, Pemerintah Kabupaten TTU pada tataran kebijakan pun telah menunjukkan komitmen untuk mengintegrasikan pertanian konservasi dalam stategi pengembangan pertanian di Kabupaten TTU. Dengan adanya dukungan dan komitmen tersebut, Ujang Suparman berharap Kabupaten TTU dapat menjadi pusat pengembangan pengolahan lahan kering di Provinsi NTT.(BHP)

Pos terkait