Seminar Nasional, Penyakit Jadi Sorotan Tantangan Pengembangan Hewan

Kupang, Savanaparadise.com,– Fakultas Kesehatan Hewan (FKH) Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang mengggelar Seminar Nasional tentang kesehatan hewan yang optimal, ditinjau dari segi tantangan dan pengembangan strategi dan pengelolaannya. Seminar tersebut merupakan salah satu agenda kegiatan Dies Natalis Undana ke-53 dan Dies Natalis FKH Undana ke-5.

Ketua Panitia, drh, Cynthia D. Gaina mengatakan, seminar tersebut dimaksudkan untuk mendukung terciptanya kesehatan hewan yang optimal dan meninjau segala tantangan pengembangan hewan serta strategi pengelolaannya di kawasan semi-ringkai kepulauan di NTT.

“Seminar ini juga untuk menangkap visi-misi Universitas dan program pemerintah tentang pengembangan ternak, namun saat ini masih banyak kendala yang harus dihadapi yakni penyakit ternak, hal ini perlu untuk ditinjau dalam kegiatan-kegiatan seperti ini,” kata Akademisi FKH Undana itu.

Menurutnya, melalui forum-forum seminar seperti itu juga dapat mengumpulkan informasi terkini tentang tantangan serta masalah-masalah kesehatan hewan di kawasan semi-serangkai kepulauan. “Lewat seminar seperti ini juga akan menemukan strategi pengembangan dan peningkatan kualitas kesehatan hewan di wilayah ini,” ujar Cynthia, Kamis (1/9).

Dikatakan juga bahwa untuk mempertahankan jumlah ternak dan meningkatkan jumlah produksi ternak maka perlu dilakukan berbagai upaya agar dapat mengetahui dan mengerti akan tantangan dalam mengelola managemen kesehatan hewan.

Dijelaskan juga bahwa tantangan pengembangan hewan saat ini adalah adanya penyakit strategis menular dan beberapa jenis penyakit strategis menular itu sudah masuk di NTT, seperti Rabies, Anthrax, dan masih banyak penyakit lainnya.

“Penyakit hewan strategis menular itu banyak, ada Anthrax, rabies, salmonellosis,helminthiasis, nipah virus encephalitis, paratuberculosis, jembrana dan masih banyak lagi yang bisa menular ke manusia juga,” tuturnya.

Sementara itu, Rektor Undana Prof. Dr. Fredrick L. Benu menuturkan bahwa NTT yang dikenal sebagai daerah gudang ternak pada beberapa tahun silam, namun seiring berjalannya waktu NTT sudah tak pantas sebutan itu dialamatkan bahwa NTT sebagai gudang ternak karena jumlah ternak semakin sedikit.

“Ternak di NTT saat ini sisa 800.000 ekor, Ini tantangan bagi semua dokter hewan di Indonesia khususnya di Undana, karena persoalan ini terjadi di hulu dan hilir, dan tantangan paling utama adalah penyakit hewan,” katanya.

Seminar ini, lanjutnya, merupakann wujud dari visi 2025 Undana untuk menjadikan Undana sebagai universitas orientasi global. Namun, wawasan global ini haruslah berlandaskan pada jati diri sebagai universitas yang hidup dan berakar serta bertumbuh di lingkungan lokal NTT dengan identitas Undana yaitu Pertanina Semiringkai Kepulauan-plus (lahan kering, kelautan dan pariwisata).

Dia berharap agar semua stakeholder turut serta mendukung para dokter hewan untuk mewujudkan kembali daerah ini sebagai gudang ternak. “Sebagai pimpinan Universitas, saya mendukung penuh dan mendorong semua civitas akademik untuk memperkokoh keilmuan dibidang pertanian, peternakan, kelautan dan ditambah dengan pariwisata sehingga suatu saat nanti, Undana jadi tempat belajarnya dokter hewan,” tandasnya.(RM)

Pos terkait