Bapeda Minta Saran Konstruktif Swasta Terkait Pengembangan Pariwisata NTT

Kupang, Savanaparadise.com,- Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi NTT menyelenggarakan Dialog antara pemerintah dan swasta tentang upaya pengembangan pariwisata di provinsi NTT, Rabu, 06/06/18 di Kupang. Hadir pada kesempatan itu Bank Indonesia Perwakilan Kupang, Pelaku Pariwisata dari sektor Swasta, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT serta Stakeholder terkait.

Bacaan Lainnya

Kepala Bidang Perekonomian Bappeda NTT, Set Libing pada kesempatan itu mengatakan Bappeda punya kepentingan terkait isu pariwisata karena sesuai dengan bidang tugasnya sebagai koordinator program pembangunan. untuk itu kata Libing, Bappeda harus mendapat banyak masukan dari semua stakeholder.

” Kami butuh masukan dari semua pihak.masukan itu untuk membantu membuat perencanaan pembangunan pariwisata pada RPJMD tahun 2019-2024. Semua masukan dari OPD sudah ada. Kami berharap dalam diskusi ini ada masukan maupun kritikan. Kami butuh pemikiran konstruktif teman teman swasta untuk perencanaan dalam bidang parawisata,” kata Libing.

Libing mengatakan NTT punya kekeyaan wisata yang banyak tersebar diseluruh NTT. Dialog yang diselenggarakan oleh Bappeda adalah bagaimana potensi itu dikembang untuk aspek kesejahteraan dan aspek sosial budaya.

Syaharil dari BI perwakilan Kupang, mengatakan NTT mempunyai potensi wisata yang luar biasa. namun kekayaan ini belum terkonsilidasi dengan baik. ia menjelaskan Bank Indonesia tidak hanya bergerak di sektor Rill tapi juga bergerak membangun pariwisata yaitu pembangunan galeri tenun ikat sumba di Waingapu melalui dana CSR. selain itu juga Bank Indonesia melakukan Pelestarian tarian melalui perlengkapan sanggar tari dan panggung pentas tari di Bandara Komodo Labuan Bajo dan Bandara Tambolaka.

” Selain urus Moneter Bank Indonesia juga ikut berperan untuk pengembangan Wisata di NTT,”

Amran Atamaran dari Swisscontak memberikan banyak masukan dan kritikan bagi pembangunan pariwisata di NTT yang dilakukan oleh pemerintah. menurutnya Program pariwisata yang dilaksanakan oleh pemerintah lebih cenderung berorientasi projek. Masyakarakat lebih banyak sebagai objek proyek bukan sebagai pelaku sehingga masyarakat hanya menjadi penonton.

” Sudah lama beroperasi di indonesia sejak 1972. Sudah 9 tahun membantu pengembangan pariwisata di indonesia.Swisscontak saat ini sedang mendampingi dua desa wisata di Flores dengan menempatkan Masyarakat sebagai Subjek dari program dampingan,’ katanya.

Amran mengatakan Desa dampingan ini menggunakan program community Coaching yaitu program pariwisata berbasis masyarakat yang bertujuan menciptakan masyarakat yang mandiri, kreatif dan inovatif. pelaksanaan program itu melalui serangkaian pelatihan dan pendampingan. Dampingan itu seperti penguatan organisasi masyarakat desa wisata, pengelolaan keuangan, pelatihan homestay dan produk lokal.

Sementara itu Owner OCD Wisata and Hostel, Odi Messakh, mengatakan dalam pengembangan dan pembangunan pariwisata di NTT pemerintah cenderung menjadi pemain ketimbang memfasilitasi masyarakat. banyak program pemerintah yang tidak berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

” pemerintah jangan menjadi pemain tapi memfasilitasi masyarakat. kedepannya pariwisata NTT harus berbasis literasi untuk setiap destinasi. sehingga setiap wisatawan yang berkunjung tahu cerita menarik tentang destinasi yang dikunjungi,” jelasnya.(S13)

selain penetapan pajak dan retribusi lokasi wisata. kemudahan perijinan, kemudahan permodalan, pembenahan lokasi wisata sesuai dengan budaya setempat dan perencanaan melibatkan syakeholder setempat.

Pos terkait