Direktur LKP Sebut Untuk Jadi Politisi Hebat Butuh Pengalaman

Ruteng, Savanaparadise.com,- Direktur Lembaga Konsultan Politik (Politician Academy), Bonggas Adi Chandra menyebutkan untuk jadi politisi hebat tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, punya strata 1 dalam ilmu politik tidak cukup, tapi butuh pengalaman.

Pernyataan ini di lontarkan Direktur LKP, Bonggas pada saat kegiatan diskusi publik tentang politik bersama tokoh muda dan beberapa partai politik di Sky Tercce Ruteng, Minggu (18/10/21).

Lebih lanjut Bonggas mengatakan merupakan sebuah penghargaan bagi dirinya dan teman-teman yang lain ketika bisa berbagi dan diterima secara baik untuk mensharing pengalaman di tempat ini.

“Saya strata satu hubungan internasional. Kemudian setelah lulus, saya jadi dosen di Universitas Katolik Parahyangan. Saya punya 2 dosen hebat dari NTT, yang Pertama Aleksius Jebaru dan Pak Andreas Hugo Parera”, Beber Bonggas.

Bonggas mengaku bahwa dirinya mengabdi dalam dunia politik selama 13 tahun pernah menjadi tenaga ahli DPR RI dan tahun 2009, bergabung di partai Demokrat menjadi salah satu pengurus di pusat.

Selain itu, dirinya juga mengaku pernah mengemban tugas untuk mendampingi para caleg legislatif dan para kepala daerah yang ada diseluruh Indonesia, seperti Gubernur, Wali Kota dan Bupati.

“Gubernur yang pernah saya dampingi salah satunya adalah pak Ade Karwo. Setelahnya, saya kembali mengajar lagi”, ungkap Bonggas.

Namun, kata Bonggas, pada tahun 2016, kerena atas dasar pertimbangan pribadi, saya pikir kalau saya mengajar saja tidak cukup, sehingga saya memilih untuk terjun kembali di dunia politik dan ingin membuat perubahan untuk Indonesia yang lebih baik.

Menurutnya di Indonesia ini banyak orang baik, banyak orang pintar yang ada di luar sana, yang punya kapasitas, namun tidak punya dana.

“Mau jadi arsitek yang hebat untuk bangun jembatan, itu ada sekolahnya. Untuk jadi politisi yang hebat itu tidak perlu sekolah tinggi-tinggi. Punya strata 1 dari politik tidak cukup tapi perlu pengalaman”, tutur Bonggas.

Bonggas juga menyebutkan politisi merupakan profesi yang paling mulia. Karena politisi memiliki kemewahan yang tidak dimiliki oleh profesi lain. Dengan amanah yang dia emban, dia bisa mengubah nasib banyak orang.

“Nah, sekarang masalahnya kenapa belum begitu banyak politisi-politisi hebat ?”, tanya Bonggas kepada puluhan peserta yang hadir.

Menurutnya dari 9 Kabupaten yang melaksanakan Pemilihan di Provinsi Nusa Tenggara Timur tidak ada petahana yang menang. Kalaupun ada yang menang seperti di Sabu Raijua, jelas dia, itu karena 2 putaran. Pada hal baik petahana legislatif maupun eksekutif, mereka memiliki dana, program dan Jaringan, tapi kenapa mereka kalah?

Ia menjelaskan ada beberapa point mengapa petahana kalah, yang pertama mereka tidak bisa menempati janji- janji mereka pada saat kampanye. Kedua, mereka tidak pandai mengkomunikasikan keberhasilan atau program- program mereka. Ketiga, mereka tidak punya perestasi-prestasi yang perlu dibanggakan. Dan keempat, masyarakat Nusa Tenggara Timur sudah cerdas.

Kordinator Lembaga Konsultan Politik (Politician Academy) Kabupaten Manggarai, Benediktus Papur menyampaikan permohonan maaf atas ketidakhadiran beberapa Ketua partai Politik.

Menurutnya ada beberapa hal yang membuat ketua partai politik berhalangan hadir dikarenakan ada kegiatan di Labuan Bajo.

Dikesempatan yang sama, Mantovany Tapung selaku moderator untuk memandu jalannya diskusi menyampaikan forum diskusi publik ini merupakan sebuah komunitas belajar, untuk sama-sama kita belajar tentang politik dari orang-orang yang berkompeten atau profesional.

“Semoga forum diskusi ini mampu menciptakan kondisifitas perpolitikan yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan rakyat”, kata Tapung.

Sementara itu, Silvester Baeng saat sesi diskusi menyampaikan terima kasih kepada lembaga Politician Academy karena sudah datang ke Manggarai.

Ia mengaku kuatnya arus money politik menerpah di Kabupaten Manggarai sehingga menampar wajah demokrasi yang sedang kita anut.

“Saya mengingatkan, jadiah politisi yang bermartabat, tidak boleh ambisi dan sombong karena ambisi dan sombong awal kehancuran”, tegasnya.

Penulis: Beny Tengka

Editor: Chen Rasi

Pos terkait