Medah: GMIT Tidak Boleh Digiring Untuk Kepentingan Politik Tertentu

[two_fifth]

Menteri PU dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuliyono bersama senator/anggota DPD RI asal NTT Ibrahim Agustinus Medah ketika bertemu masyarakat desa Kobra, Kecamatan Alor Timur, Kabupaten Alor yang
Menteri PU dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuliyono bersama senator/anggota DPD RI asal NTT Ibrahim Agustinus Medah ketika bertemu masyarakat desa Kobra, Kecamatan Alor Timur, Kabupaten Alor yang

Kupang, Savanaparadise.com,– Salah satu warga GMIT yang sudah tiga kali diberi tanggungjawab untuk menjadi Ketua Umum Sidang Sinode GMIT Drs. Ibrahim Agustinus Medah menaruh harap kepada Majelis Sinode Gereja Masehi Injili di Timor (MS GMIT) Periode 2015-2019. Ia berharap agar tidak boleh ada pihak yang menggiring GMIT masuk dalam kepentingan sekelompok orang atau kepentingan politik tertentu.

“Saya harus terus terang bahwa kekhawatiran saya pada periode yang lampau gereja digiring untuk kepentingan sekelompok orang atau kepentingan politik tertentu. Saya harapkan, Majelis Sinode periode ini jangan terjadi. Gereja harus berdiri di tengah untuk semua kepentingan. Jangan berdiri untuk satu kepentingan, karena Gereja akan dikerdilkan, sebab Tuhan datang untuk seisi dunia ini bukan untuk segelintir orang saja,” ujar Ibrahim Medah melalui staf khsusunya Laurens Leba Tukan di Kupang, Minggu (10/1/2016).

Bacaan Lainnya

Medah yang kini menjadi Senator/Anggota DPD RI asal NTT itu menyebutkan, Gereja tidak boleh mengisolasi dirinya, karena dunia sekarang ada banyak informasi masuk secara terbuka yang bisa berguna bagi gereja. Tetapi juga banyak yang tidak memberikan manfaat bagi Gereja dan pertumbuhan iman jemaat. “Disinilah peran Gereja harus memfilter semua perkembangan dunia. Dia pasti akan bersentuhan karena itu Gereja harus bisa memfilter. Jika ada yang bermanfaat bagi jemaat dikembangkan sedangkan yang tidak ada manfaatnya saya harap gereja bisa memebrikan pencerahan dan penjelasan agar jemaat bisa memahami bahwa yang tidak bermanfaat tidak usah diadopsi,” katanya.

Medah juga menyebutkan, jemaat saat ini banyak persoalannya yang dihadapi khusus warga GMIT baik di NTT maupun di luar NTT yaitu diantaranya soal kemiskinan, kesehatan dan pendidikan. Gereja, kata dia, tentu tidak langsung masuk ke sektor-sektir itu, tetapi Gereja harus mampu meberdayakan jemaatnya agar jemaatnya punya kemampuan untuk menghadapi masalah ekonomi, kesehatan dan pendidikan. “Nah, bagaimana cara memberdayakan jemaat? gereja tidak harus pake uang, uang itu ada di setiap jemaat, gereja tentu hanya bisa memberikan pedampingan dan advis serta saran agar kemampuan ekonomi jemaat yang ada, dikelolah secara opitmal sehingga bisa bermanfaat bagi ekonomi, kesehatan dan pendidikan serta lapangan kerja,” katanya.

Medah menambahkan, untuk menjabarkannya, ia yakin bahwa Majelis Sinode periode yang baru ini bisa melakukannya. “Sekali lagi memberdayakan jemaat tidak harus dengan uang tetapi dengan pendampingan. Sedangkan faktor uangnya tentu urusan pemerintah dan lembaga keuangan. Tetapi Gereja memfasilitasi melalui pemberdayaan, pengetahuan dan keterampilan” katanya.

Kepada Majelis Sinode periode sebelumnya, Medah berterimakasih karena semua yang dibuat periode sebelumnya menjadi referensi bagi Majelis Sinode yang baru untuk perbaikan.

“Kepada jemaat diharapkan memberikan dukungan maksimal untuk Majelis Sinode yang baru. Kita harus punya pikiran positif. Perebutan saat pencalonan sudah selesai dan mari kita dukung Majelis Sinode yang baru sekarang,” kata Medah.(SP)

Pos terkait